Buku Terbang (2)

Sudrun karya Della Naradika

Apa yang akan dilakukan oleh seorang anak seusia Sudrun dalam pertempuran? Menopang senjata jelas lengannya tak akan kuat. Sempat terbayang dalam pikirannya, ia akan ditugasi memberi makan kuda. Menurutnya, pasti lebih mudah bermain tiktok daripada memberi makan kuda.

Namun kini ia berada di tubuh perempuan dewasa yang kuat. Ia juga mempunyai senjata panah di punggungnya. Ia harus secepatnya mencari tempat persembunyian pasukan Pangeran Diponegoro. Sudrun melanjutkan perjalanan sembari mengasah keterampilannya memanah.

Di hutan, Sudrun bertahan hidup dengan memakan tanaman dan buah-buahan yang ada. Ia minum dari air sungai yang ia rebus di dalam batang bambu. Sudrun belajar menyalakan api dari film-film zaman purba yang ia tonton. Di hutan, ia juga belajar mengenali tumbuhan yang bisa dijadikan obat.

Sudah cukup jauh Sudrun menempuh perjalanan. Ketika sedang berjalan di atas tumpukan daun, tiba-tiba langkahnya terperosok ke dalam lobang. Ia jatuh ke dalam lobang sedalam tiga meter.

Sudrun mengerang kesakitan. Ia memegangi pantatnya yang linu karena terbentur. Di atas mulut lobang, tiba-tiba sudah ada beberapa orang yang menunggunya. Mereka menodongkan tombak ke arah Sudrun. Tanpa pikir panjang, Sudrun mengangkat tangannya untuk menyerahkan diri.

Orang-orang itu mengikat tangan Sudrun dan menutup matanya dengan kain. Sebelum orang-orang itu menutup matanya, Sudrun sempat mengamati pakaian mereka. Mereka mengenakan ikat kepala berwarna cokelat. Ya, Sudrun ingat dari buku sejarah, nama ikat kepala itu adalah surjan.

Mereka membawa Sudrun ke sebuah goa. Di depan mulut goa, orang-orang yang membawanya berteriak “Sawo kecik” Sudrun ingat lagi, kata tersebut adalah kode pasukan Pangeran Diponegoro. Sudrun mengetahuinya dari cerita di dalam Histo.

Sudrun berjalan masuk ke dalam goa yang diterangi obor api. Di ujung goa, terlihat seseorang mengenakan pakaian serba putih. Orang-orang yang membawanya tadi memanggil orang itu “Pangeran Diponegoro”. Sudrun bahagia. Kini ia sudah bersama dengan pasukan Pangeran Diponegoro.

Orang-orang tadi kemudian menyerahkan Sudrun kepada Pangeran Diponegoro. Kesempatan tersebut langsung dimanfaatkan Sudrun. Sudrun kemudian mengaku  mempunyai misi yang sama. Ia sama sama rakyat Indonesia yang ingin memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Ia langsung berkata kepada Pangeran Diponegoro kalau ia ingin menjadi pasukannya. Ia berkata ingin membantu Pangeran Diponegoro melawan Belanda.

Mendengar semangat Sudrun yang berkobar-kobar, Pangeran diponegoro kemudian menerimanya bergabung. Pangeran Diponegoro memberinya seekor kuda. Karena mempunyai panah, Sudrun ditugasi menjadi penyerang jarak jauh.

Sudrun kemudian ikut Pangeran Diponegoro bergerilya dari goa ke goa, dari hutan ke hutan. Berjalan melewati lembah dan sungai. Pangeran Diponegoro mengatakan, ia harus terus bergerak untuk menghilangkan jejak dari pengejaran musuh.

Pangeran Diponegoro juga seorang yang cerdas. Meskipun sedang dalam pelarian, ia tetap menyusun strategi perang.

Hari pertempuran pun tiba. Sudrun dan pasukan pemanah lain bersembunyi di balik batu-batu di tengah hutan. Sementara itu, Pangeran Diponegoro dan pasukan yang lain memancing Belanda mengejarnya ke tengah hutan.

Belanda terpancing masuk ke dalam hutan. Di hutan, pasukan Pangeran Diponegoro mengepung Belanda. Pasukan Pangeran Diponegoro kemudian menyerang mereka dari berbagai arah. Pasukan Belanda yang terluka dan terdesak kemudian lari. Pasukan Pangeran Diponegoro berhasil memenangkan pertempuran.

Sudrun dan para pasukan bersorak merayakan kemenangan. Ketika mereka berteriak, “Merdeka! Merdekaa!! Merdekaaaa!!!!” perlahan sobekan dalam lembaran Histo tertambal dengan sendirinya.

Histo sangat senang Sudrun berhasil memenangkan pertandingan dan menyembuhkannya. Namun Hosti masih menantikan Sudrun yang masih terpejam, belum kembali ke dunia asalnya.

Ketika Sudrun dan pasukan Pangeran Diponegoro kembali ke Goa, pandangannya perlahan kabur. Ia merasa ingin pingsan. Badannya terasa lemas dan tak bertenaga. Tak berselang lama, Sudrun terjatuh dari kudanya. Ia pingsan.

Ketika membuka mata, Sudrun sudah terbaring di ranjang kamarnya. Ia langsung memandangi seluruh ruangan kamarnya untuk mencari Histo. Dan Histo yang sudah pulih dari sobekan, terbang dengan ceria di atas kepala Sudrun.

“Kamu telah membawaku terbang ke masa lalu, Histo,” Kata Sudrun dengan badan yang masih lemas.

Alfiandana
Lahir di Klaten. Suka jalan-jalan lalu tersesat sendirian. Sejak kecil berkeinginan bisa bicara dengan binatang, terutama kodok.