Petualangan Cika di Gua Warna

Ilustrasi: Cika di Gua Warna karya Della Naradika

Alkisah, ada seorang anak bernama Cika. Cika tinggal bersama ayah, ibu dan kakaknya, Kak Rika. Cika sangat takut pada gelap. Cika tidak pernah mematikan lampu kamar tidurnya ketika tidur. Cika selalu tidak mau ikut pergi ke tempat-tempat gelap.

Suatu hari, Keluarga Cika bermusyawarah di ruang keluarga untuk menentukan tujuan wisata mereka pada liburan mendatang.

“ Jadi, kemana kita akan pergi pada liburan mendatang?” kata Ayah memulai musyawarah keluarga.

“ Aku ingin pergi ke Pantai Kipas!” usul Cika.

“ Ah, masa ke Pantai Kipas lagi? Kita kan sudah sering pergi kesana ketika liburan…” protes Kak Rika. Cika terdiam.

“ Bagaimana jika kita pergi ke Pasar Gerabah? Di sana, kita bisa membeli gerabah dan pernak-pernik lainnya.” Usul Ibu.

“ Ah, ibu! Yang dipikir cuma belanja!” gerutu Cika. Seluruh anggota keluarga tertawa.

Tiba-tiba, Kak Rika berkata “ Oh iya, ayah! Aku barusan dapat informasi dari salah satu temanku bahwa ada sebuah obyek wisata baru bernama Gua Warna. Kata temanku, gua itu sangat indah-“

“APA, GUA?!?!? TEMPAT YANG MENYERAMKAN ITU?!?!?” Kata Cika sambil terkejut.

“Iya, Gua Warna memanglah sebuah gua, namun gua ini sudah direnovasi dan dipercantik dengan hiasan-hiasan lampu warna-warni di dinding gua.” Kata Kak Rina sambil menunjukkan gambar pemandangan di Gua Warna.

 “ Hmmm, sepertinya liburan digua warna sangat menyenangkan. Ayah setuju kepada usul kakak.” Kata Ayah.

“ Ibu juga setuju. Kita kan tidak pernah mengunjungi sebuah gua” Kata Ibu.

“Oke, berarti liburan besok kita akan pergi ke Gua Warna.” Kata Ayah mengahkiri musyawarah.

Cika hanya terdiam. Sebenarnya Cika tidak setuju karena Cika takut masuk ke gua karena gua sangat gelap dan dingin, namun Cika tidak boleh menentang keputusan bersama yang telah diambil.

Hari demi hari berlalu, Cika merasa semakin takut membayangkan liburan keluarga di Gua Warna. Cika takut jika tiba-tiba ada monster di belakangnya yang menculiknya, atau ada  hantu gentayangan yang mengejarnya. Cika ingin liburan tersebut dibatalkan.

Pada ahkirnya, liburan pun tiba. Sebelum berangkat, ayah mengecek keadaan mobil dan ibu mengecek perlengkapan yang harus dibawa sebelum menjelajah gua. Setelah semua siap, mereka pun berangkat menuju ke Gua Warna. Perjalanan tersebut terasa cukup menyenangkan. Banyak candaan yang dilontarkan oleh Ayah, Ibu dan Kak Rika, namun Cika tetap merasa takut.

Mereka pun sampai di Gua Warna. Di pintu gerbang, terdapat parkiran kecil bagi pengunjung yang datang. Selain itu, ada sebuah loket karcis masuk ke Gua Warna. Ayah, Ibu dan Kak Rika segera turun dari mobil. Ketika Cika akan turun, Cika melihat tas ayah yang tertinggal. Cika pun mengambil dan membawa tas itu.

Setelah Ayah membeli karcis, ayah mengajak Ibu, Kak Rika dan Cika berjalan melewati suatu jalan setapak memasuki hutan. Jalan tersebut merupakan jalan menuju ke Gua Warna. Di jalan itu, Nampak banyak wisatawan Gua Warna yang berjalan melewati jalan itu.

Setelah berjalan selama lima menit, ahkirnya mereka sampai di mulut Gua Warna. Mulut gua itu Nampak sangat indah karena dihiasi lampu-lampu kecil yang membentuk aneka bunga. Di mulut gua itu, ada banyak wisatawan yang beristirahat sejenak sebelum melahkukan penjelajahan gua.

“Wow, ternyata kata temanku benar, gua ini sangat indah!” kata Kak Rika.

“Yuk, daripada kelamaan diluar, kita langsung masuk saja ke gua ini!” kata Ibu.

Mereka berempat pun masuk ke gua itu. Di dalam gua, terdapat lampu bewarna-warni yang menerangi gua itu. Beberapa lampu diantaranya membentuk suatu benda, misalnya bulan, bintang dan pelangi. Semuanya Nampak sangat indah. Cika merasa kagum akan keindahan Gua Warna, hingga melupakan rasa takutnya. Setiap kali ada sudut yang disukainya, Cika langsung ber-selfie di tempat itu. Cika merasa senang berada di gua itu.

“ Wah ayah, kira-kira disana ada apa ya yah?” kata Cika sambil menunjuk suatu lorong gua.

“ Ayah juga tidak tahu, yuk kita ke sana!” kata Ayah.

Keluarga Cika berjalan ke suatu lorong gua yang sepi. Di dalam lorong tersebut, terdapat suatu pilar yang sangat indah. Selain itu, juga ada suatu sungai dan air terjun kecil yang melintasi lorong itu.

“ wah, indah ya kak!” kata Cika sambil menarik baju Kak Rika.

“ Iya! Pilar ini adalah pilar gua yang terbentuk selama jutaan tahun dari tetesan air kapur.” Kata Kak Rika.

Cika merasa sangat kagum terhadap pilar itu. Cika langsung mengambil gadgetnya, lalu memotret pilar tersebut beberapa kali. Setelah memotret pilar itu,  Cika juga memotret aliran air yang ada di lorong itu.

Tiba-tiba, lampu di seluruh gua mati. Terjadi pemadaman listrik di desa Gua Warna. Cika sangat ketakutan.

“AYAH, IBU, KAKAK??? DIMANAKAH KALIAN? AKU TAKUT…” Teriak Cika.

Namun, tidak ada yang memberi jawaban. Ternyata, Cika sudah sepuluh menit keasyikan memotret lorong itu, hingga tidak sadar bahwa keluarganya sudah meninggalkan Cika. Cika sangat takut. Mungkinkah akan ada monster yang memakan Cika? Mungkinkah akan ada hantu yang menculik Cika?

Tiba-tiba Cika sadar, bahwa Cika masih membawa tas milik Ayah yang berisikan benda-benda perlengkapan menjelajah gua, termasuk gadget Ayah, Ibu dan Kakak. Jika Cika tidak cepat-cepat menemukan keluarganya, mungkin saja akan keluarga Cika akan mengalami kesulitan. Cika sangat bingung. Dia takut, namun dia tetap harus menemukan keluarganya.

Pada ahkirnya, Cika menyalakan lampu senter gadgetnya, lalu mulai berjalan menjelajah gua. Cika tahu, bahwa Cika harus menghadapi rasa takutnya demi keluarga dan dirinya sendiri.

Ketika Cika berjalan, Cika melewati suatu jembatan yang berada di atas suatu jurang bawah tanah yang gelap. Dari atas jurang itu, terdapat suatu air terjun yang sangat tinggi. Cika dapat merasakan kesejukan air yang terpercik ke tubuhnya ketika melewati jembatan itu.

 Cika juga melewati sebuah lorong sempit yang sangat gelap dan tangga batu yang agak curam. Dalam perjalanan itu, Cika dapat melihat lebih banyak ornamen gua. Ada stalaktit, stalakmit, mutiara gua, pilar gua dan lain-lain. Lama-kelamaan, Cika tidak merasa takut. Dia merasakan kebahagiaan karena dapat berpetualang di dalam Gua Warna. Selain itu, Cika juga bersyukur karena dapat melihat keindahan lingkungan gua.

Ketika Cika berjalan, tiba-tiba dia mendengar suatu suara memanggil-manggil Cika. Cika mengetahui bahwa suara tersebut merupakan suara keluarganya. Cika pun mengikuti suara itu. Pada ahkirnya, Cika menemukan keluarganya.

“Dari mana saja kamu, Cika? Kami sangat mengkhawatirkan kamu…” kata Ibu.

“ Hehe, maaf Ibu. Tadi aku keasyikan memotret sehingga aku sampai tidak sadar bahwa ayah dan ibu sudah meninggalkan aku.” Kata Cika.

“ Kami juga minta maaf, tadi kami juga tidak terlalu mempedulikanmu” kata Ayah.

“ Tidak apa-apa ayah. Cika juga merasa senang, karena aku juga memiliki petualangan baru, petualangan mencari keluarga di gua yang gelap!” kata Cika besemangat.

Keluarga Cika pun tertawa. Seketika, lampu menyala lagi. Ternyata, mereka berada di bagian gua yang paling indah. Keluarga Cika menjadi takjub, melihat lampu-lampu yang perlahan-lahan menyala.

“ Ternyata benar pepatah orang, ketakutan itu harus dilawan…” gumam Cika sambil tersenyum.

-TAMAT-

Gabriella Flowsa Celestine
Siswa kelas 6 SD Kebon Dalem 2, Semarang