Ketika Kami Perlu Mencuri Sedikit Kegilaan Richard Williams

Sumber: Pinterest

Richard Williams sedang iseng menggonta-ganti saluran televisi di ruang tengah rumahnya, ketika ia menemukan berita yang kelak akan mengubah hidup keluarganya. Salah satu saluran televisi malam itu menyiarkan seremoni penyerahan cek senilai USD 40.000 kepada seorang petenis dunia. Richard bergegas mencari istrinya yang tengah membereskan sisa makan malam mereka di dapur, penuh semangat menyampaikan rencana besarnya: Putri-putri kita harus menjadi petenis dunia, tidak boleh tidak!   

Jika saja masa itu media sosial menjamur seperti hari ini, sudah tentu apa yang dilakukan Richard dan istrinya, Oracene, menjadi viral dengan dua kemungkinan tagline: mereka lelah menjadi miskin atau mereka gila karena itu. Bagaimana tidak, seorang penjaga keamanan serabutan, yang sama sekali tidak punya pengetahuan dan kemampuan apapun perkara tenis, ngotot anak-anaknya harus jadi petenis dunia. Jangankan menyewa pelatih, kondisi ekonomi Richard saat itu saja tidak memungkinkannya untuk menyewa lapangan yang layak untuk latihan.

Tapi Richard sudah bertekad dan ia bukan tipe laki-laki yang mudah menyerah. Anak tertuanya, yang masih berusia 4 tahun, dan si bungsu yang juga tak lebih dari tiga tahun, dipaksa memukul bola-bola tenis  di sebuah lapangan yang kumuh setiap hari, bahkan hanya dengan menggunakan tongkat basebal, hingga mereka benar-benar kelelahan—dari pukul delapan pagi hingga pukul empat petang. Bukan satu-dua minggu, melainkan bertahun-tahun. Richard pelatih pertama dan satu-satunya bagi kedua anak perempuannya, hingga mereka beranjak remaja. Kegilaan dan kegigihan itu nyatanya tidak sia-sia.

Meskipun saya sudah membaca tulisan tentang Richard Williams yang ambisisus jauh sebelumnya, tapi saya tidak pernah terpikir untuk menjadikannya referensi yang relevan tentang bagaimana harusnya saya mendidik anak. Tulisan-tulisan sejenis, yang berbicara tentang bakat-bakat yang dilatih dan diciptakan, terkubur begitu saja dalam memori jangka panjang saya. Hingga suatu malam Nermi menampar saya dengan kebodohan-kebodohan yang sudah saya perbuat.

Tidak ada pembicaraan khusus awalnya perkara bagaimana sebaiknya anak dididik, hingga tiba-tiba dia mengeluarkan sebuah pernyataan yang membuat saya tidak bisa tidur beberapa hari lamanya. Kamu perempuan egois. Kamu mungkin berhasil membuat pintar anak-anak lain, mahasiswamu. Tapi kamu abai dan tidak peduli pada anakmu sendiri. Yang kamu lakukan justru menanam kebodohan demi kebodohan di kepala anakmu!

Momen itu terus terang bagi saya jauh lebih dramatis ketimbang Richards yang tanpa sengaja menonton salah satu siaran di saluran televisi dan mendapatkan ide untuk menjadikan anak-anaknya berbakat. Hingga beberapa hari setelahnya, Nermi memberikan sebuah penawaran. Bukan berjudi dengan melempar dadu, tapi lebih pada komitmen saya untuk mendukung penuh rencananya terhadap Naya, putri saya satu-satunya.  Tawarannya mungkin terlihat sederhana, Aku ingin mendampingi Naya menulis.

Membaca itu, orang-orang mungkin berpikir, receh sekali permintaan Nermi. Tapi akhirnya saya paham, tawaran Nermi sama halnya rencana Richards yang disampaikannya pada istrinya, di dapur rumah mereka malam itu. Hanya saja, ambisi kami mungkin tidak sebesar Richard dan Oracne. Dan energi kami juga mungkin tak sestabil yang mereka punya. Tapi ada satu hal menarik yang akhirnya harus kami curi dari mereka: kegilaan dan kepercayaan bahwa anak-anak hebat itu dilatih, tidak lahir begitu saja.

Jika saja 35 tahun yang lalu Richard William percaya begitu saja bahwa bakat dan kegeniusan itu diturunkan, atau Richard  tidak memiliki konsistensi untuk melatih dan mendampingi kedua putrinya, barangkali hari ini dunia tidak akan pernah mengenal Venus Williams dan Serena Williams, dua petenis wanita terbaik dunia. Dua gadis kecil yang dulu harus bangun lebih awal dan berlatih lebih keras dari anak manapun itu akhirnya berhasil membuktikan bahwa rencana gila dan keseriusan ayah mereka untuk melatih mereka, tidak pernah sia-sia, bahwa bakat dan kegeniusan itu bisa dilatih dan diciptakan.

Dan malam itu, saya menerima tawaran Nermi, yang artinya, saya berkomitmen untuk bersama-sama mencoba membuktikan bahwa bakat bisa dilatih, tidak semata bawaan. Hari ini, lima tahun setelah kesepakatan itu, kami tahu kami belum berjalan jauh. Karenanya, kami tidak boleh berhenti mencuri kegilaan seperti yang dimiliki Richard terhadap putri-putrinya.

2019